Dilema Banjir Jombang Bikin Padi Gagal Panen, Namun Petani Tak Pernah Dapat Bantuan

Area persawahan di Desa Kedung Melati, Kesamben.
Sumber :
  • Elok Apriyanto/Jombang

Jombang, VIVABanjir akibat luapan air sungai di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, hingga kini mulai surut. Meski begitu, banjir meninggalkan dampak yang sangat besar pada pertanian masyarakat di kota santri.

Seperti halnya yang dialami oleh warga di Desa Kedung Melati, Kecamatan Kesamben. Setiap tahun mereka menjadi langganan banjir.

Akibatnya, para petani mengalami gagal panen dan harus menanam ulang tanaman padinya. Hal ini tentu membuat mereka mengeluarkan modal lagi untuk bertani.

"Petani kembali mulai menanam ulang, karena tanaman padi yang sudah mereka tanam mati," kata Hari Purnomo petani Desa Kedung Melati, Minggu 2 Februari 2025.

Ia pun mengaku bahwa tanaman padi miliknya banyak yang mati, akibat terendam air banjir luapan sungai yang terjadi beberapa waktu kemarin.

"Kemarin juga kesulitan untuk mencari bibit. Kondisi air juga sekarang kering jadi tidak bisa melakukan pembibitan," ujarnya.

Ia menyebut, hingga saat ini tidak ada bantuan apapun dari pemerintah. Baik itu berupa bibit padi seperti yang dijanjikan pemerintah. 

"Dari tahun 2012 hingga sekarang tidak ada bantuan dari pemerintah," tuturnya.

Sehingga apabila tanam ulang, dirinya membeli bibit sendiri. Padahal sebelumnya sudah mengeluarkan modal untuk membeli bibit. 

"Kalau tanam ulang itu satu bijinya harga Rp5 ribu," katanya.

Ia pun mengaku seandainya, ada bantuan untuk petani. Pastinya dirinya juga mendapatkan. Karena setiap tahun sawahnya kebanjiran. "

"Tidak ada sama sekali bantuan. Kalau dapat pastinya saya juga dapat karena tanaman saya juga mati," ujarnya.

Untuk menangani banjir akibat luapan air sungai, para petani secara seadanya melakukan normalisasi sungai. Para petani sendiri yang melakukan pembersihan di Gongseng, Kedungsari. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Jombang M Rony tak menampik areal pertanian di Kecamatan Kesamben kerap jadi langganan banjir. Pihaknya segera menerjunkan tim melakukan pendataan.

"Kita evaluasi, kita data. Rendaman itu umur tanaman padi berapa minggu, berapa hari, umur tanamannya kita evaluasi dulu, dipastikan. Yang kedua, itu apakah tanaman atau pembibitan karena ini implikasinya terhadap bantuan. Kalau masih dalam kondisi bibit, terendam dan mati, tidak ada stimulan diganti," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Pemkab Jombang punya program stimulan bantuan bagi petani yang terdampak banjir. Merupakan bantuan bibit padi.

"Harus melalui tahapan penyediaan dulu. Jadi setelah ini kami segera melakukan pengadaan barang, untuk menyiapkan itu," ujarnya.

Ia pun menjelaskan bahwa sebenarnya pemerintah desa setempat juga bisa memberikan bantuan kepada para petani yang bibit padinya tenggelam dengan menggunakan anggaran dari dana desa (DD). 

"Dengan dana desa yang masuk nomenklatur untuk biaya ketahanan pangan," tuturnya.