Upaya Pemkot Pasuruan Cegah Munculnya Balita Stunting Baru

Wakil Wali Kota Adi Wibowo sosialisasi stunting
Sumber :
  • Dok. Pemkot Pasuruan

Pada rapat persiapan yang dihadiri oleh Kepala perangkat daerah terkait, camat, dan lurah se-Kota Pasuruan ini, Mas Adi menyinggung soal pentingnya pendekatan kolaboratif antar stakeholder.

Menurut Adi, kolaborasi perlu ditingkatkan mengingat faktor penyebab stunting tak hanya soal pemenuhan gizi semata, namun lebih jauh juga dipengaruhi faktor sosial budaya.

‘’Contoh dari data yang kita miliki, wilayah kelurahan yang level kemiskinannya tinggi, berbanding lurus dengan level stunting di sana yang ternyata juga tinggi karena beririsan dengan sistem sanitasi, kebersihan lingkungan, dan sebagainya’’ urainya.

Mas Adi mengapresiasi peran lurah selama ini yang menjadi ujung tombak penanganan stunting. Bahwa lurah punya peranan penting karena sangat paham tentang kondisi wilayah, profil penduduk, termasuk data balita yang terdampak stunting. Untuk itu, Mas Adi berpesan agar verifikasi dan validasi dalam pendataan stunting haruslah akurat. 

‘’Verifikasi di kelurahan dalam rangka menuju Grebek Stunting nanti harus benar-benar akurat. Jangan sampai ada kasus balita yang seharusnya masuk kategori stunting malah tidak terdata’’ imbuhnya.

Mas Adi menyampaikan jika dirinya juga banyak belajar dari daerah lain, seperti Kota Surabaya yang sangat komprehensif dalam mengolah data. Ia bercerita bahwa dari hasil diskusinya bersama jajaran Pemkot Surabaya, harus ada kesepahaman data hingga tingkat terbawah (RT/RW).

‘’Di Kota Surabaya angka stunting juga turun signifikan. Kita bisa belajar banyak dari mereka dan mereplikasi metodologi yang cocok dengan karakteristik masyarakat Kota Pasuruan,''  pungkasnya