Aktivis Anak Soroti Kasus Pelajar SD Terancam Buta Permanen di Jombang

Orang tua korban saat menunjukkan rekam medis dokter mata.
Sumber :
  • Elok Apriyanto / Jombang

"Misalnya benda tajam, mungkin bagi kita orang dewasa, itu aman saja, tapi buat anak yang mereka tidak mengerti dan lepas kontrl, bisa jadi benda yang membahayakan," tutur Solahudin. 

Ia menyebut peran sekolah untuk melakukan reaksi cepat dan tepat pun harusnya diperhatikan. Misalnya dengan cepat memberitahukan kondisinya ke orang tua dan penanganan maksimalnya termasuk jaminan keberlangsungan masa depan anak.

"Dengan itu, diharapkan orang tua cepat tahu dan ada tindakan, kalau memang UKS di sekolah tidak layak ya sudah seharusnya cepat dibawa ke lokasi pengobatan terdekat, agar tidak jadi masalah di kemudian hari," kata Solahudin. 

Sementara itu bagi orang tua, Solahudin menyoroti kasus ini juga harusnya jadi pelajaran bagaimana memperhatikan perkembangan dan perilaku anak. Karena hal ini sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal serupa.

"Terlebih, dari beberapa kasus yang ada, kekerasan itu dilakukan atas dasar ketidaksengajaan namun karena pengetahuan anak akan kekerasan," tuturnya.

Ia pun mencontohkan salah satu kasus yang terjadi sebelum siswa SD Plus Darul Ulum Jombang terjadi.

"Seperti kasus di SLB itu, anaknya ini tuna grahita namun dia mengonsumsi game online yang berbau kekerasan, dan itu berdampak pada perilaku anaknya yang terdorong melakukan kekerasan. Karenanya, pendidikan dan pengawasan dari keluarga selalu menjadi unit terdekat dari anak juga harus dilakukan," ujar Solahudin.