Upacara Tawur Agung Kesanga di Alun-alun Tugu Dilakukan Ribuan Umat Hindu

Ogoh-ogoh di bakar di depan Alun-alun Tugu, Kota Malang
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Ribuan umat Hindu di Malang Raya larut dalam upacara Tawur Agung Kesangan di depan Alun-alun Tugu, Kota Malang, pada Selasa, 21 Maret 2023. Upacara suci ini adalah ritual untuk penyucian diri dari roh jahat dan kekuatan-kekuatan jahat. 

Mereka juga mengarak 10 ogoh ogoh raksasa, beberapa diantaranya dibakar usai di arak keliling ke tengah kota. Upacara ini mampu menarik minat masyarakat. Mereka mempadati sekitaran Alun-alun Tugu, Kota Malang. 

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika mengatakan, bahwa simbol pembakaran ogoh-ogoh untuk membuang segala energi negatif. Dia mengatakan bahwa ogoh-ogoh bukan menyembah yang seram namun untuk pencuian diri. 

"Ogoh ogoh setelah dikirab itu dibakar. Ini supaya energi energi negatif yang dilewati ogoh ogoh ini terserap. Kemudian setelah terserap baru kita bakar dalam bentuk pembersihan. Makna ogoh ogoh ini bukan menyembah yang serem. Tapi itu menyerap hal negatif dan kemudian dibakar bersama sama sehingga bumi bisa bersih," kata I Made Rian. 

Ada 10 ogoh-ogoh yang dibakar dalam pawai ini. 10 ogoh-ogoh ini memiliki nama dan arti yang berbeda. 10 ogoh-ogoh ini merupakan perwakilan dari beberapa pura yang ada di wilayah Malang Raya. 

Pertama, Sang Yamadhipati atau dewa kematian, yang berarti rajanya neraka. Dia penglimanya mahkluk makhluk Kingkara atau penjaga neraka. Nama itu berkaitan erat dengan tugas yang diemban yaitu sebagai penunggu neraka. Sang Hyang Yamadipati dipercaya bertugas mencabut nyawa manusia yang sudah sampai pada batas waktunya. 

Kedua, Kraken yakni hewan laut raksasa yang memiliki tentakel panjang dan ditakuti oleh para pelaut. Kraken merupakan penghuni lautan yang akan memusnahkan manusia bila memiliki sifat tamak atau rakus dan akan memberikan anugerah pada manusia yang senantiasa melestarikan lautan.

Ketiga, Gamang Hanamaya yang muncul sebagai peringatan dan bisa diartikan sebagai sosok sejati pelindung kehormatan perempuan. Bertangan 8 yang bisa mencengkram seseorang sekuat ikatan rantai baja. Berkepala menyeramkan dengan lidah menyulur. Sehingga menimbulkan ketakutan dan akan membuat orang mangurungkan niat untuk berbuat tidak sopan ataupun melecehkan perempuan. 

Keempat, Bade Mas yakni sebagai ilmu pengeleakan tingkat tinggi. Ogoh ogoh ini mengilustrasikan sosok raksasa dengan perubahan wujud menjadi Bade Mas atau Pengusung mayat di Bali yang keseluruhannya berwarna emas. 

Kelima, Nyi Rarung yang mengisahkan seorang gadis cantik yang menawan dan mempuyai ibu bernama Dayu Datu, seorang Dewi Kali dan Dewi Durga yang pada akhirnya mendapat kesedihan. Namun masyarakat menganggap kesedian yang didapatkan Sang ibu adalah Pengleakan yang membuat Nyi Rarung dikucilkan bahkan orang tak mau mendekat atau mempersuntingnya karena takut dengan ilmu yang dimiliki ibunya. Kemudian meranalah Nyi Rarung dan hidup seorang diri. 

Keenam, Ogoh oguh saksasa Paksi Ireng, yang berpenampilan hitam dengan gagak gagak kecil di sekitar kakinya. Wajahnya menyeramkan mata merah menyala, kepala bermahkotakan tengkorak burung, tangan kanannya menggenggam sebilah pisau pengentas dan dari punggungnya bermunculan tangan sangan madra berwama keemasan.

Paksi Ireng pergambaran alam semesta yang sarat petuah dan memberi manusia dua pilihan. Jika manusia baik, Pakai Ireng akan mengenakan tangan tangan mudranya untuk memberikan kehidupan manusia dengan penuh kebaikan. Jika manusia jahat, Sang Garuda Hitam ini akan menggunakan pisau pengantas di tangannya untuk memutus kehidupan manusia menuju alam kematian.

Ketujuh, Mahesa Sura yakni ogoh ogoh yang penggambaran kesaktian dan ketamakan manusia. Ogoh ogoh Mahesa Sura berwujud manusia berkepala hewan, ia berdaya sakti mandraguna namun berpikiran sempit. Seperti hewan yang hanya menuruti hawa nafsu dan melupakan kodrat sebagai manusia yang semestinya, saling asah, asih dan asuh.

Kedelapan, Sang Kala Lobha yang memggambarkan sifat tamak dan rakus. Sifat butha ini digambarkan dalam wajah manusia berwajah menyeramkan, memiliki gigi dan kuku tajam. Dimanculkan dalam ogoh ogoh sebagai ilustrasi dari sifat buruk manusia yang patut dimusnahkan. 

Kesembilan, Hidimba yakni raksasa pemakan daging manusia dan penghuni hutan Kamyaka. Dia tergoda dengan bau tubuh Pandawa untuk memakan mereka.

Kesepuluh, Dewa Siwa Jagatpati yakni penguasa alam semesta. Dewa Siwa memberikan waranugrahnya, memusnahkan keburukan atau sifat sifat negatif yang selalu mengganggu keseimbangan alam semesta. 

"Hari ini kita mempersembahkan Tawur Agung Kesanga, membersihkan atau menyucikan hal-hal buruk atau lebih ke Bhuana Alit, yang ada di dalam diri manusia. Harapannya bisa kembali ke fitrah manusia itu sendiri. Yang kosong menjadi ada dan menyucikan kontaminan montaminan," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Malang, Putu Moda Arsana.