Seminar Kebangsaan Jejak Tokoh Bangsa di Jombang Ungkap Fakta Baru Asal-Usul Kelahiran Soekarno

Seminar kebangsaan jejak tokoh bangsa di Jombang
Sumber :
  • VIVA Malang (Elok Apriyanto/Jombang)

Jombang, VIVA – Ada yang menarik dalam pembahasan terkait asal-usul kelahiran tokoh proklamator RI, Soekarno yang dibahas dalam Seminar Kebangsaan Jejak Tokoh Bangsa di Jombang Fest 2024.

Diketahui, seminar tersebut dihadiri sejumlah tokoh. Mulai sejarawan, pegiat budaya hingga tokoh jurnalis.

Sebut saja seperti sejarawan Anhar Gonggong, Roso Daras, jurnalis Soekarnois, serta Binhad Nurohmat, budayawan.

Tak hanya melakukan kajian, budayawan yang juga inisiator Titik Nol Soekarno di Ploso Jombang ini melakukan penelitian bahwa Presiden Soekarno lahir di Jombang.

Tentu saja, penelitian itu memantik pro dan kontra. Betapa tidak, selama ini sudah terpatri begitu kuat bahwa Putra Sang Fajar tersebut lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901.

Dalam penelitiannya, Binhad menyuguhkan fakta lain bahwa Soekarno lahir di sebuah rumah gang buntu Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang. 

"Dari penelitian yang saya lakukan menyimpulkan bahwa Bung Karno lahir di Ploso Jombang pada 6 Juni 1902," kata Binhad, Selasa 15 Oktober 2024.

Selain itu, Binhad juga menyuguhkan beberapa dokumen. Di antaranya, beslit atau SK (Surat Keputusan) pengangakatan ayahanda Soekarno, Raden Soekeni Sosrodihardjo, berdinas di Ploso sebagai guru.

Ada juga dokumen dari ITB (Institut Teknologi Bandung) yang menyebutkan bahwa Soekarno lahir pada 6 Juni 1902. Lalu, ada tulisan tangan Raden Soekeni Sosrodihardjo yang berisi tentang leluhurnya.

Bukan hanya itu, Binhad juga membeberkan sejumlah foto lawas yang berkaitan dengan latar belakang kelahirannya di Jombang.

Seperti foto rumah masa kecil Bung Karno di Ploso. Rumah itulah yang ditempati oleh Soekeni Sosrodihardjo saat menjadi guru di Ploso.

Sayangnya, rumah tersebut saat ini sudah rata dengan tanah. Hanya menyisakan pondasi. Lokasinya sendiri ada di Gang Buntu Desa Rejoagung.

Ada juga foto sekolah tempat R Soekeni mengajar. Kemudian foto sekolah tempat Soekarno menuntut ilmu. "Rumah tersebut roboh pada tahuan 2000-an. Tapi jejaknya masih ada hingga sekarang," ujarnya.

Lalu, bagaimana awal mula petunjuk Bung Karno lahir di Ploso? Binhad menceritakan bahwa semua itu bermula dari pengelola Rumah Masa Kecil Presiden RI Soekarno di Situs Ndalem Pojok, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, R Kushartono.

Kus mendapatkan cerita dari buyutnya bahwa Soekarno lahir di Ploso Jombang. Bahkan, Kus masih hafal siapa saja orang yang berjasa dalam kelahiran Soekarno. Siapa saja pengasuh Soekarno sewaktu kecil hingga di mana ia pertama kali belajar mengaji.

Orang-orang itu diantaranya seperti Den Mas Mendung, orang yang mengobati Soekarno kecil saat sakit-sakitan. Bahkan Den Mas Mendung ini pula yang mengubah nama Kusno menjadi Soekarno. Den Mas Mendung pernah tinggal di Kabuh Jombang.

Lalu ada nama Sumo Jani, orang yang menanam ari-ari Soekarno. Sumo Jani inilah yang menjadi saksi kelahiran Soekarno di Jombang. Kemudian ada nama Mbok Suwi, Wanita yang menjadi pengasuh sewaktu kecil.

Binhad lalu menunjukkan foto lawas Mbok Suwi saat di Ploso Jombang. Dalam foto tersebut Mbok Suwi berpose dengan Cindy Adam, jurnalis yang menulis biografi Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat. 

"Foto ini diambil pada 1964. Saat itu Cindy mengunjungi tempat-tempat bersejarah bagi Soekarno, termasuk di Ploso Jombang. Cindy ke Ploso untuk merampungkan buku biografi Bung Karno," tuturnya.

"Saya juga sudah menemukan kuburan Mbok Suwi, Sumo Jani, serta orang-orang lainnya. Bahkan saya sudah bertemu dengan anak cucu mereka untuk mendapatkan informasi tentang kelahiran dan masa kecil Bung Karno," kata Binhad.

Dari penelusuran yang dilakukan bertahun-tahun itulah ia menemukan titik terang kesimpulan bahwa Presiden RI pertama Ir Soekarno lahir di Ploso Jombang.

"Jadi saya menyimpulkan bahwa Bung Karno lahir di Jombang," ujarnya.

Sementara itu, Sejarawan Prof Anhar Gonggong memberikan apresiasi atas penelitian yang dilakukan oleh Binhad Nurrohmat. Anhar mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan Binhad sangat menarik. Terlebih menggunakan sumber utama dan sumber sekunder.

Sumber utama itu diantaranya dokumen-dokumen sejarah hingga sejarah lisan dari orang-orang di sekitar Soekarno kecil.

"Sejauh mana sumber itu bisa dipercaya, nanti ada pembanding-pembanding yang lain," ujarnya.

Anhar kembali menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan Binhad sangat penting. Karena selama ini orang terfokus bahwa Bung Karno lahir di Surabaya. Padahal Bung Karno sendiri tidak pernah mengatakan kapan dan di mana dirinya lahir. 

"Dalam sejarah, perbedaan pendapat itu biasa. Tetapi kekuatan penelitian anda adalah menggunakan metode sejarah yang benar. Bahwa hasilnya terserah. Anda menggunakan dokumen ITB, arsip nasional, serta sumber lisan. Itu semua sah. Hasil penelitian anda sudah memenuhi persyaratan untuk disebarkan ke masyarakat luas," tuturnya.

Di sisi lain jurnalis Soekarnois, Roso Daras dalam forum tersebut mengatakan bahwa dirinya sudah berkeliling Indonesia mengunjungi situs Bung Karno.

Bahkan Roso sempat meminum air sumur di rumah masa kecil Bung Karno secara langsung. Oleh sebab itu, Roso mendesak agar situs Bung Karno di Ploso Jombang segera ditetapkan sebagai cagar budaya.

"Saya minum air sumur rumah Bung Karno di Ploso Jombang. Saya merasakan getaran yang luar biasa. Saat ini situs-situs Bung Karno sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Nah, hanya di Ploso Jombang yang belum ditetapkan," kata Roso.

Hasilkan 8 Butir Rekomendasi

 

Seminar kebangsaan jejak tokoh bangsa di Jombang

Photo :
  • VIVA Malang (Elok Apriyanto/Jombang)

 

Seminar Kebangsaan bertema 'Jejak Tokoh Bangsa di Jombang' ini berlangsung dinamis. 

Para audiens menyodorkan berbagai pertanyaan kepada tiga narasumber. Muncul pula desakan agar mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Perlu diketahui seminar tersebut menghasilkan 8 butir rekomendasi. Pertama, meminta Pemkab Jombang menetapkan situs kelahiran Sukarno di Desa Rejoagung Kecamatan Ploso dan Kawasan situs Soekarno di Ploso.

Kedua, pembebasan situs kelahiran Soekarno dan kawasan situs Soekarno di Ploso.

Ketiga, memasukkan literasi sejarah Soekarno, situs kelahiran Soekarno dan Kawasan situs Soekarno sebagai salah satu materi muatan lokal materi Pendidikan sejarah di Jombang.

Keempat, melakukan rekonstruksi bangunan rumah masa kecil Soekarno di situs kelahiran sang proklamator tersebut.

Kelima, penyelenggaraan korab titik nol Soekarno di Ploso sebagai agenda rutin tahunan.

Keenam, mengembangkan lorong tokoh bangsa di perpustakaan daerah, atau di lokasi-lokasi strategis lainnya di Jombang, khususnya Soekarno dan Gus Dur, yang berisi salinan dokumen otentik jejak dua tokoh tersebut.

Ketujuh, mengusulkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional. Terakhir, penyempurnaan frasa kemerdekaan Republik Indonesia menjadi kemerdekaan Bangsa Indonesia.