Es Campur Legendaris di Kota Batu, Berjualan Sejak 1954

Es campur legendaris Pak Said
Sumber :
  • Viva Malang/Galih Rakasiwi

Batu, VIVA – Jika berkunjung ke Kota Batu wisatawan bisa mendatangi es campur legendaris Pak Said yang berada di Barat Masjid An Nur Alun-alun Batu, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu.

Terlebih jika cuaca panas seperti saat ini, es campur tentu mampu melegakan tenggorokan para pembelinya. Es campur Pak Said memiliki keunikan yaitu adanya lebah yang selalu mengerumuni. Tentu itu menandakan jika yang dipakai merupakan gula asli. 

Meski harganya cukup terjangkau Rp5 ribu se-mangkuk, namun isinya cukup komplit. Mulai agar-agar, tape, ketan hitam, kacang hijau, kolang-kaling, mutiara hingga roti.

Es campur Pak Said tampak lebih menggairahkan saat melihat serutan es yang menggunung dengan siraman sirup dan susu kental manisnya. Segar sekali rasanya diseruput saat siang sedang teriknya matahari.

Pak Said menuturkan, jika dirinya tidak pernah merubah resep dan kombinasi es campurnya. 

"Mulai jualan dulu ya begini, tetap. Alhamdulillah banyak yang suka," katanya, Sabtu, 14 Oktober 2023.

Langganan Pak Said terdiri dari banyak kalangan mulai tua, muda hingga anak-anak. Dari warga sekitar bahkan dari luar kota, bahkan langganannya yang dulu masih anak-anak dan sekarang sudah memiliki cucu pun masih ingat kepadanya.

"Ada juga pelanggan saya yang sekarang kerja di Australia, jadi setiap pulang ke Kota Batu nyempetin ke sini," tuturnya.

Bahkan Pak Said juga punya kenangan membekas dengan mantan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko yang kini masih menjalani masa tahanan akibat kasus korupsinya.

Kata dia, pria yang akrab disapa ER itu dulunya juga sering nongkrong minum es campur bikinannya.

”Kalau dulu ke sini ya sembunyi mojok di kursi sini. Kadang sampai malam cangkruk sini,” kisah dia.

Pak Said cerita kalau dia bahkan sudah mulai jualan es ini sejak umur 16 tahun. Dulu, pria yang kini sudah berusia 83 tahun dan masih sehat bugar itu berjualan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan bertahan hingga sekarang.

Karena usianya yang sudah senja, bahkan dirinya kini sudah tak lagi mematok target penghasilan. Kadang dia juga banyak menggratiskan pengunjung, apalagi anak-anak sekolah.

”Dulu awal jual harganya ya sekitar 50 sen. Terus berubah-ubah sampai sekarang tetap di harga Rp6 ribu. Kalau misal ada anak-anak pulang sekolah cuma Rp2-3 ribu tidak papa, malah kadang saya gratisi,” tuturnya.