Rawan Kecelakaan, Perahu Rakit Pengangkut Siswa Di Kota Malang Bakal Dihentikan

Perahu rakit jadi andalan warga saat jembatan di renovasi.
Sumber :
  • Viva Malang/Uki Rama

Malang, VIVA – Ramainya pelajar dan warga memanfaatkan rakit sebagai sarana menyeberangi Sungai Brantas di wilayah Kelurahan Mergosono dan Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Langsung direspon kecamatan dengan berkirim surat ke masing-masing kelurahan. 

Konser Tunggal Primitive Chimpanzee Sukses Obati Kerinduan Pecinta Musik Bawah Tanah di Malang

Dalam dokumen surat yang beredar. Camat Kedungkandang, Fahmi Fauzan meminta Lurah Mergosono dan Bumiayu memperhatikan sarana rakit penyeberangan yang menghubungkan dua kelurahan karena berbahaya. 

Dalam poin surat lainnya menyatakan, warga diminta menggunakan jalur darat atau mencari jalan alternatif lain. Kemudian penggunaan jaket pelampung adalah untuk langkah meminimalisir resiko bukan sebagai legalisasi penyeberangan rakit. 

Ingin Developer Game Lokal Naik Kelas, AMD Kenalkan Teknologi Terbaru

Poin selanjutnya, jaket pelampung akan ditarik kembali oleh BPBD Kota Malang untuk kegiatan mitigasi di tempat lain. Dan poin terakhir meminta lurah di Mergosono dan Bumiayu mengedukasi masyarakat sekitar.

"Perlu disampaikan bahwa kegiatan warga yang menyediakan alat pengangkutan penyebrangan sungai berupa Getek Bambu (Rakit) sangat beresiko terhadap keamanan dan keselamatan warga. Pengangkutan penyebrangan itu sangat tidak disarankan," kata Fahmi Fauzan, Selasa, 3 Oktober 2023. 

Pasangan Calon Independen HC-Rizky Dinyatakan Penuhi Syarat Dukungan KPU Kota Malang

Kepala BPBD Kota Malang, Prayitno menyebut penggunaan rakit sangat beresiko kecelakaan air. Apalagi arus sungai Brantas cukup deras bila musim penghujan tiba. Mereka menyebut, penggunaan perahu rakit di Mergosono-Bumiayu ilegal. 

"Risiko kecelakaan air. Selain sungainya, tebing untuk akses turun juga curam. Kami beri rompi karena mitigasi. Nah ini segera ada proses penghentian, kami akan koordinasi secepatnya," ujar Prayitno. 

Prayitno mengingatkan bahwa mendekati musim penghujan segala resiko keselamatan jiwa bisa saja terjadi. Apalagi saat ini mulai tampak mendung dan rintik hujan. Sehingga potensi air besar di Sungai Brantas sangat rawan. 

"Karena kecelakaan air itu menguras energi, jiwa dan psikis. Kami tidak ingin membiarkan warga seperti itu. Kami harus mengedukasi," tutur Prayitno. 

Warga nekat menyeberang sungai menggunakan perahu rakit karena Jembatan Lembahyung sedang direnovasi. Jembatan penghubung Mergosono dan Bumiayu ini selama ini menjadi andalan bagi warga setempat untuk melintas. 

Sementara Kepala Dinas PUPR-KP Kota Malang, Dandung Julhardjanto mengatakan, renovasi direncanakan akan rampung pada 25 Desember 2023. Dia pun memimta maaf akibat renovasi jembatan mengakibatkan warga nekat melintas menggunakan perahu rakit. 

"Yang jelas kami mohon maaf karena aktivitas terganggu. Kami mohon maaf agar tidak memaksakan diri. Bisa cari jalur alternatif lainnya. Pembangunan jembatan juga untuk masyarakat. Tanggal 25 Desember 2023 (renovasi jembatan selesai) itu maksimal. Kami upayakan bisa selesai secepatnya," kata Dandung.

Dandung mengatakan selama proses renovasi Pemkot Malang tidak membangun jembatan semi permanen atau sementara karena membutuhkan anggaran yang besar. Mereka pun menyarankan warga untuk mencari jalan alternatif lain. 

"Sifatnya hanya beberapa bulan. Kalau kami buat jembatan sementara misal dari bambu atau kayu, justru membahayakan pengguna. Kalau kami gunakan semi permanen, butuh anggaran yang besar dan tidak sebanding dengan jangka waktunya sehingga kami sarankan cari alternatif yang lain untuk warga," ujar Dandung.