Warga di Perumahan Elit Kota Malang Ajak Difabel Ikuti Pesantren Ramadan

Pesantren Ramadan Difabel Jatim
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Warga di kompleks Perumahan Permata Jingga (PJ), Kota Malang mengajak penyandang disabilitas untuk mengikuti serangkaian kegiatan pesantren Ramadan di Masjid Abdullah. Kegiataan unik ini dilakukan sejak Sabtu, 8 April hingga Senin, 10 April 2023. 

Gasak Australia U23, Shin Tae-yong Puji Mentalitas dan Solidnya Permainan Indonesia U23

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Abdullah PJ Kota Malang, Arif Abdullah, mengatakan bahwa setidaknya ada 50 penyandang disabilitas dari sejumlah daerah yang ikut dalam pesantren Ramadan ini. Mereka berasal dari Malang Raya, hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan ada pula dari Tasikmalaya dan Balikpapan. 

"Kegiatannya cukup banyak salat lima waktu, kajian agama, qiyamul lail, buka bersama, tadarus, sahur subuh dan kajian, tarawih. Pembimbingnya, yakni ustaz Zahid Hadromi, ustaz Abu Haidar, Kiai Haji Agus Hasan Basori, dan Ustaz Alfin Shohih," Sabtu, 8 April 2023. 

Aksi Brilian Ernando dan Gol Komang Bawa Indonesia U23 Menang 1-0 Atas Australia U23

Arif menuturkan bahwa warga yang ada di perumahan sangat terbuka dengan pesantren ramadhan disabilitas ini. Bahkan sebagian besar dana operasional berasal dari sodakoh para jemaah masjid. Bahkan panitia juga menyediakan rumah untuk ditempati peserta termasuk 34 tenaga pendamping karena peserta sebagian besar merupakan penyandang tuna netra.

"Jadi mereka ini tidur di 5 rumah yang kami sewa. Di masjid ini baru pertama tahun ini. Sebelumnya pernah digelar di BLK Lamongan. Kalau di Masjid Abdullah, Permata Jingga baru pertama ini," ujar Arif. 

Pj Wali Kota Malang Sebut Pipa Bocor Hingga Tanah Ambles Akibat Akumulasi Kendaraan Besar

Ketua Panitia Pesantren Ramadan Difabel Jatim, Haryo Bima Wicaksono mengatakan, bahwa respon penyandang disabilitas cukup baik. Karena kegiatan ini dilakukan secara inklusif, membaur dengan warga lain atau jemaah yang menunaikan ibadah salat lima waktu, tarawih, dan lainnya.

"Mereka sangat senang karena di sini kan inklusif. Mereka membaur dengan warga lainnya. Sementara jika mereka di BLK hanya dengan sesama penyandang disabilitas," tutur Haryo.

Halaman Selanjutnya
img_title