Saat Seniman Bela Keadilan Korban Tragedi Kanjuruhan Lewat Pameran Menyerang Kota

Pameran 'Menyerang Kota' di Malang
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Solidaritas upaya menuntut keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu terus dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Kini tidak mau ketinggalan, para seniman juga melakukan aksi solidaritas dengan pameran karya bertema 'Menyerang Kota'. 

Nama Moreno Soeprapto dan Rimzah Muncul Dalam Calon Wali Kota Malang dari Gerindra

Pameran ini digelar di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) Kota Malang, selama 3 hari sejak 9 Januari hingga 11 Januari 2023. Karya yang dipamerkan hasil dari para pelaku street art yang bikin poster, mural, grafitti, dan tagging-tagging di jalanan Kota Malang dan kota lainnya di Indonesia.

"Kira-kira yang ikut pameran ini ada 20 an seniman. Kebanyakan yang ikut pameran di sini anonim, jadi siapa di sini yang buat tidak dikenal. Mereka kirim file kemudian kita yang cetak. Tidak hanya dari warga Malang saja, ada beberapa teman dari Yogyakarta, Surabaya," kata Koordinator Pameran Menyerang Kota, Dapeng Gembiras, Rabu, 11 Januari 2023. 

Diganjar Pemuda Inspiratif, Fairouz Huda : 'Saya Persembahkan Untuk Ibu Khofifah dan Mas Emil'

Dapeng menuturkan, bahwa karya yang dipamerkan mayoritas adalah poster, foto, performance art, grafitti, lukisan, dan artwork yang lainnya. Setiap hari para seniman ini juga mengadakan ada live sablon, live cukil, cetak zine, sebar poster, sampai bikin mural di jalanan.

"Ada diskusi tentang tragedi sebagai pemantik gerakan sosial. Salah satu pematerinya ada teman asal Korea, mungkin bisa membicarakan Tragedi Kanjuruhan dengan di Itaewon. Karena kalau membicarakan itu (tragedi) ada banyak layer-layer yang dibahas. Mulai dari antropologi dan banyak hal yang terjadi di masyarakat," ujar Dapeng. 

Bawaslu Kota Batu Buka Pendaftaran Panwascam, Simak Ini Syarat dan Jadwalnya

Dapeng mengatakan, ada alasan khusus sehingga para seniman jalanan ini membuat pameran karya-karya mereka. Tragedi Kanjuruhan hanya sebagai pematik karena tragedi ini membuat 135 orang meninggal dunia dan 600 lebih suporter terluka. 

Lebih dari itu, mereka membicarakan persoalan sosial yang terjadi di masyarakat. Sehingga tidak hanya seputar sepak bola dan suporter tetapi juga ranah hukum dan penindasan pada masyarakat. 

"Jadi lebih berpikir untuk masuk ke ranah-ranah sosial, sehingga tidak hanya fokus pada masalah sepakbola tapi sudah ke ranah hukum, penindasan, dan lain-lain. Sikap kita menolak penindasan, menolak untuk dibungkam. Ini atas nama orang-orang Malang," tutur Dapeng. 

Dapeng menuturkan, sengaja membuat pameran karena seniman punya jalan sendiri dalam menyuarakan keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Demonstrasi sudah dilakukan oleh suporter. Sementara seniman bergerak di wilayah seni atau visual. 

"Setiap generasi memiliki caranya sendiri untuk membuat ceritanya. Jadi soal Tragedi Kanjuruhan yang harus diperbaiki adalah pola pikir. Salah satunya untuk membangun masyarakat, kalau pola pikirnya sudah siap ke situ," kata Dapeng.