Kecewa Hasil Autopsi, Keluarga Tragedi Kanjuruhan Curiga ada 'Titipan'

Devi Athok dan Kuasa Hukum Imam Hidayat
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok Yulfitri menuding hasil autopsi tim forensik yang dipimpin oleh Ketua PDFI Jatim Nabil Bahasuan telah direkayasa. Sebelumnya dua jenazah mendiang putrinya Natasya Debi Ramadani (16 tahun) dan Naila Debi Anggraini (13 tahun) telah diautopsi dan hasilnya sudah keluar. 

Arema FC dan Suporter Gelar Doa Bersama Korban Tragedi Kanjuruhan

Kedua mendiang merupakan korban Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. Saat proses autopsi dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada, Sabtu 5 November 2022 lalu keluarga dilarang mendampingi atau berada di area autopsi. 

"Pertama Nabil telah bohong ke kuasa hukum saya. Dia bilang keluarga tidak diperbolehkan menerima hasil autopsi karena Pro Justicia yang berwenang mengumumkan penyidik polisi atau dipersidangan. Tetapi dia justru tiba-tiba ngomong di media," kata Devi Athok, Rabu, 30 November 2022. 

Progres Renovasi 85 Persen, Stadion Kanjuruhan Ditarget Bisa Digunakan di Akhir Tahun 2024

Devi Athok menilai pernyataan Nabil tidak masuk akal. Mengingat kondisi jenazah anaknya saat pertama kali ditemukan di rumah sakit usai Tragedi Kanjuruhan mengarah kepada keracunan zat kimia. Seperti bau aroma amoniak dan mulut berbusa berwarna hijau dan kuning. 

"Mungkin ini hasil rekayasa oknum kepolisian titipan kan gak tahu. Ini sudah gak bener ini. Kalau sesuai dengan foto anak saya ini. Anak saya gak ada bekas injak injakan. Waktu itu kan stadion juga hujan, kalau hujan kan ada bekasnya pukulan atau injakan, ini gak ada sama sekali," ujar Devi Athok. 

Mandi di Laut, Seorang Wisatawan Tewas Terseret Ombak di Pantai Perawan

"Dan waktu autopsi saya lihat kepala sebelah kiri anak saya pecah tak beraturan mungkin tembakan kena anak saya. Ini dokter Nabil sudah gak bener itu," tambahnya. 

Bahkan dengan tekad yang bulat demi menuntut keadilan atas kematian anaknya. Dia siap jika jenazah anaknya kembali di autopsi ulang. Dengan catatan tim forensik yang melakukan autopsi dijamin independensinya. 

"Kalau butuh di autopsi lagi saya siap, karena gak sesuai dengan apa yang diharapkan. Gak bener ini. Masak di pukul sampai keluar busa kan gak bener ini," tutur Devi Athok. 

Sebelumnya, Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Jawa Timur mengumumkan hasil otopsi dua korban meninggal dunia Tragedi Kanjuruhan pada Rabu, 30 November 2022. Dijelaskan,, tidak ditemukan unsur gas air mata pada tubuh korban.

Kedua korban meninggal dunia diduga kuat karena adanya benturan benda tumpul yang mengakibatkan patah di bagian vital.

"Kami tim PDFI cabang Jawa Timur Alhamdulillah sudah menyelesaikan semua rangkaian pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan tambahan,” kata Ketua PDFI Jatim Nabil Bahasuan di Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 30 November 2022.  

Untuk korban Natasha, Nabil menyampaikan bahwa penyebab kematian korban tersebut ialah karena adanya benturan benda tumpul, adanya patah tulang iga 2, 3, 4, dan 5.

Di titik itu pula terdapat tanda perdarahan yang cukup banyak. “Kemudian yang adiknya, Naila juga sama, tapi ada di tulang dadanya patahnya itu, juga sebagian di tulang iga belakang," ujarnya.

Dia tidak menyebutkan ketika ditanya apakah benturan benda tumpul dan patah tulang itu karena tindakan kekerasan atau terinjak-injak. Sebab, dalam forensik hanya dikenal istilah ‘benturan benda tumpul’. “Untuk pastinya, tentu di penyidikan yang tahu,” ucap Nabil.

Dia juga mengaku sudah mengumpulkan sampel kedua korban dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hasilnya, dari sisi toksikologi, tidak terdeteksi adanya gas air mata di tubuh korban.

“Untuk lebih jelasnya nanti kalau di pengadilan, bisa didatangkan ahli dari BRIN tersebut yang memeriksa hasil sampel toksikologi kita," tandas Nabil.

Lantas seberapa akurasi hasil otopsi untuk disimpulkan sebagai penyebab kematian korban? Nabil menjawab, “Pasti bisa kalau kita melihat tulang-tulang tadi yang patah. Kita masih bisa melihat. Kita bisa bayangkan bahwa tulang patahnya itu mengenai organ vital di daerah dada, jantung dan paru-paru. Kalau misal dia masih hidup pun penanganannya harus cepat. Jadi memang harus emergency sekali.”