Pesan Devi Athok Setelah Melihat Anaknya Diautopsi

Devi Athok Yulfitri (tengah)
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Tetesan air mata dan jeritan kesedihan terdengar kencang dari Devi Athok Yulfitri (48 tahun) warga Kecamatan Bululawang. Dia tak kuasa menahan kesedihan melihat dua jenazah anaknya di autopsi di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada, Sabtu 5 November 2022. 

Arema FC dan Suporter Gelar Doa Bersama Korban Tragedi Kanjuruhan

Dua jenazah yang diautopsi merupakan sepasang kakak adik anak dari Devi yakni mendiang Natasya Debi Ramadani (16 tahun) dan Naila Debi Anggraini (13 tahun). Devi berharap dengan hasil autopsi nantinya bisa membuka lembaran baru proses penyidikan agar pelakunya dapat dihukum seberat-beratnya. 

"Ungkap semua pelakunya dan hukum seberat-beratnya. Jika hukum manusia tidak bisa dijalankan biarkan hukum Allah yang berbicara," ujar Devi. 

Progres Renovasi 85 Persen, Stadion Kanjuruhan Ditarget Bisa Digunakan di Akhir Tahun 2024

Devi Athok menyebut alasan autopsi demi mengetahui pasti penyebab kematian anaknya. Dia menganggap ada yang janggal dalam kematian dua buah hatinya. Untuk itu dengan tekad bulat dia menginginkan autopsi pada anaknya. 

"Anak saya Natasya itu dari dada sampai ke atas (wajah) itu biru sampai hitam, keluar darah. Terus Nayla adiknya itu tenggorokan sampai ke atas (wajah) menghitam. Tidak ada luka sama sekali di badan. Nayla hidungnya keluar busa. Waktu saya mandikan jenazah terakhir kalinya, tidak ada sama sekali dari bawah sampai atas gak ada luka lecet atau apapun dan memang dari itu keluar disini (mulut dan hidung) seperti racun," kata Devi. 

Mandi di Laut, Seorang Wisatawan Tewas Terseret Ombak di Pantai Perawan

Devi mengatakan, bahwa anaknya dan Aremania lainnya yang berada di tribun Stadion Kanjuruhan dalam laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 mayoritas hanya ingin mendukung Arema FC. Tetapi sialnya tembakan gas air mata dilakukan secara seporadis hingga ke arah tribun. Dalam Tragedi Kanjuruhan sebanyak 135 suporter meninggal dunia. 

"Harus dihukum seberat-beratnya kasihan adik-adik saya Aremania yang tidak tahu apa-apa yang hanya ingin mendukung klub bola. Tidak membuat kericuhan tapi kenapa ditembak gas air mata. Sakit hati saya tidak tega saya," tutur Devi.