Posisi Presiden Arema FC Hanyalah Jabatan Kehormatan

Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana
Sumber :
  • Viva Malang

MalangPresiden Arema FC Gilang Widya Pramana menegaskan jabatan Presiden Arema FC hanyalah posisi kehormatan yang diberikan pada dirinya. Hal itu diungkapkan dirinya saat pengumuman pengunduran diri di Kantor Arema FC, di Jalan Mayjend Panjaitan, Sabtu, 29 Oktober 2022. 

Nekat Jual Sabu-sabu, Tukang Las Dibekuk Polisi

"Posisi Presiden ini sebenarnya adalah posisi kehormatan. Dimana saya sebagai investor diberikan istilah presiden oleh owner (Iwan Budianto) direksi. Dan ini merupakan kehormatan bagi saya," kata Gilang. 

Informasi yang beredar komposisi pemilik saham terbesar di PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) saham mayoritas milik Iwan Budianto sebesar 75 persen. Kemudian 15 persen dimiliki oleh Gilang Widya Pramana dan 10 persen dimiliki Raffi Ahmad. 

DPP PPP dan PKB Beri Sinyal Koalisi pada Pilkada, di Jombang Belum Ada Gambaran

"Saham itu adalah bentuk kecintaan saya pada Arema. Dimana saya masuk sebagai investor dan saya mendapatkan saham. Kedepan seperti apa nanti dibicarakan ulang yang pasti saham itu adalah bentuk kecintaan saya pada Arema," ujar Gilang. 

Sedangkan untuk pengganti dirinya. Dia menyerahkan jabatan itu pada manajemen Arema FC. Adapun keputusan mundur diumumkan Gilang secara langsung di Kantor Arema FC, pada Sabtu, 29 Oktober 2022. 

Keren! 2 Pelajar MAN 1 Jombang Sabet Juara Pertama Lomba Robotik Tingkat Jawa Timur

"Pengganti Presiden klub nanti akan diinfo lebih lanjut oleh manajemen," tutur Gilang. 

Dalam Tragedi Kanjuruhan, sebanyak 135 Aremania dan Aremanita meninggal dunia dalam peristiwa yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Setelah 29 hari pasca tragedi itu Gilang mengumumkam pengunduran dirinya. 

Atas Tragedi Kanjuruhan gelombang demonstrasi terus dilakukan oleh suporter. Dalam dua pekan terakhir setiap hari Kamis Aremania menggelar aksi mengutuk kebrutalan polisi karena membuat 135 jiwa melayang dan 600 lebih mengalami luka-luka. Suporter juga mendesak revolusi PSSI dengan mempercepat Kongres Luar Biasa demi perbaikan tata kelola sepak bola nasional.