Langkah Awal Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura di Kabupaten Malang

Penanaman bibit cabai closed loop
Sumber :
  • VIVA Malang (Galih Rakasiwi)

Malang, VIVA – Penanaman perdana bibit cabai melalui program kemitraan closed loop agribisnis hortikultura di Kabupaten Malang mulai dilakukan di Dusun Ngudi, Desa Tawangargo, Kecamatan Karang Ploso.

Program closed loop agribisnis hortikultura ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Kabupaten Malang serta memberikan kepastian harga bagi petani, hingga berkontribusi pada swasembada pangan nasional.

Asisten Deputi Pengembangan Agrobisnis Hortikultura, Yuli Sri Wilanti mengatakan jika pihaknya bersama 18 institusi lainnya yang telah menandatangani MOU untuk mendukung keberlanjutan program tersebut.

"Jadi kemitraan Closed loop agribisnis hortikultura bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada petani dari hulu hingga hilir, membangun ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi," katanya, Rabu 4 September 2024. 

Karena pihaknya ingin membangun ekosistem end to end, mulai dari penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan bibit, pembiayaan, hingga pendampingan budidaya yang baik dengan good agriculture practices dan penerapan smart farming.

"Dari program ini, petani juga mendapatkan pendampingan dalam setiap tahapan, mulai dari produksi hingga pemasaran, sehingga mereka dapat memproduksi sesuai kebutuhan pasar. Sebab, orientasinya adalah pasar, misal apa yang dibutuhkan oleh Indofood, Agri Desa, atau Paskomnas, itu yang ditanam oleh petani. Dengan standar yang jelas, petani akan mendapatkan kepastian dalam akses produksi, permodalan, dan pemasaran," tuturnya.

Harapannya, program closed loop bisa menjadi solusi untuk menstabilkan harga komoditas pertanian yang sering berfluktuasi. Pasalnya saat ini tata kelola rantai pasok untuk sektor pertanian dan hortikultura masih belum tertata dengan baik, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan pasar.

"Dengan adanya kemitraan ini, pola tanam akan diatur sesuai kebutuhan pasar, sehingga harga dapat dikendalikan dan petani tidak lagi khawatir dengan fluktuasi harga yang merugikan," ujarnya.

Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah lahan pertanian yang semakin berkurang akibat alih fungsi lahan.

Asisten Deputi Yuli Sri Wilanti

Photo :
  • VIVA Malang (Galih Rakasiwi)

"Sekarang Kementerian Perekonomian bekerja sama dengan Kementerian ATR BPN dan BUMN seperti PTPN dan Perhutani, untuk memanfaatkan lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal bagi pertanian," katanya.

Program closed loop agribisnis hortikultura ini akan dimulai di Desa Tawangargo dengan melibatkan lima petani dan lahan seluas sembilan hektare sebagai proyek percontohan. 

"Saya optimis bahwa dengan dukungan dari pemerintah daerah dan antusiasme petani, program ini akan berkembang dan menjadi contoh bagi wilayah lain di Jawa Timur yang juga telah mulai menginisiasi program serupa," ujarnya.

Salah satu tujuan jangka panjang dari program ini adalah untuk meningkatkan swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor, terutama untuk komoditas hortikultura yang masih banyak diimpor seperti bawang putih. 

"Kami di Kemenko dan Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mengumpulkan data yang akurat agar dapat memastikan kebutuhan dan pasokan nasional, sehingga impor dapat dikurangi secara bertahap," ujarnya.

Selanjutnya, program ini juga menjadi salah satu penerapan Smart Precision Farming pertama di Kabupaten Malang, di mana teknologi Internet of Things (IoT) digunakan untuk memantau kondisi pertanian secara real-time, seperti kebutuhan pupuk, curah hujan, dan suhu. 

"Dengan teknologi ini, kami berharap dapat meningkatkan semangat petani milenial dan menunjukkan bahwa bertani tidak hanya berkutat dengan pekerjaan fisik, tetapi juga bisa dilakukan dengan bantuan teknologi canggih," ujarnya.