Diduga Dikerjakan Pihak Kedua, Pembangunan Ruang IGD RSUD Ploso Minus

Pengerjaan gedung IGD RSUD Ploso Jombang
Sumber :
  • VIVA Malang (Elok Aprianto/Jombang)

Jombang, VIVA – Proyek pembangunan ruang instalasi gawat darurat (IGD) pada RSUD Ploso, Kabupaten Jombang Jawa Timur, diduga dikerjakan oleh pihak kedua.

Hal ini dikarenakan rekanan atau kontraktor pemenang pekerjaan senilai Rp4,9 miliar itu, berasal dari kota Bukit Tinggi, Provinsi Sumatra Barat.

Sehingga progres pembangunan gedung IGD lantai 2 dan 3 yang menggunakan sumber anggaran dari dana DBHCHT, mengalami minus atau keterlambatan.

"Itu pekerjaannya sekarang sudah dikerjakan sendiri sama yang menang lelang (CV yang beralamat di jalan nomor 4 Puhun Pintu Kabun, kota bukit tinggi Sumatera Barat)," kata M, salah satu sumber yang namanya enggan dipublikasikan, Jumat, 9 Agustus 2024.

Ia pun menjelaskan bahwa penggantian pelaksana pekerjaan tersebut, dikarenakan adanya masalah keterlambatan, material. Yang membuat progres pekerjaan mengalami minus.

"Ya karena gak dikerjakan sama pelaksanaannya, terus terlambat itu. Lalu dilakukan penggantian pelaksana. Sekarang yang ngerjain dari CV yang dari Sumatra itu sendiri," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah Saean Efendi pejabat pembuat komitmen (PPK) RSUD Ploso, membantah adanya kabar tersebut.

Saean mengaku, bahwa sejak awal pekerjaan memang dikerjakan sendiri oleh pihak pemenang lelang asal Bukit Tinggi Provinsi Sumatra Barat.

"Pekerjaan itu langsung dikerjakan dari sana (pemenang lelang)," kata Saean, Jumat, 9 Agustus 2024.

Ia pun mengaku bahwa pihak pemenang lelang atau rekanan, memang berasal dari luar Jawa. Namun, rekanan itu memiliki kantor perwakilan di Jakarta.

"Dia itu kan kantor pusat di Jakarta, dan pekerjaan ini langsung dikendalikan dari pusat Jakarta, pekerjanya juga yang dari lapangan itu dari Jakarta langsung," ujarnya.

Ditanya apakah pihak kontraktor memiliki kantor di Jombang, ia mengaku tidak ada kantor di Jombang, semuanya ada di Jakarta dan di Sumatera Barat.

"Di Jombang gak ada. Makanya pelaksana sama logistik itu ya dari Jakarta," tuturnya.

Tak hanya itu, ia mengaku para pekerja maupun pelaksana semua dari pihak kontraktor CV Melati Kurai, dan berasal dari luar Jombang.

"Makanya mereka kalau diajak ngomong yang ada di lapangan itu gak bisa bahasa Jawa, pekerjanya juga dari Purbalingga, Jawa Tengah. Gak ada pekerja dari Jombang," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa selama ini komunikasi dengan pihak kontraktor berjalan lancar, meski pelaksana pekerjaan itu berada di luar Jombang.

"Gak ada kendala mas. Di lapangan itu kan minimal ada dua orang yang rekaman pasang. Yakni bagian logistik dan bagian pelaksana atau proyek manager (GM). Dan yang Jakarta itu sudah 4 kali ke Jombang langsung untuk monitoring pekerjaan," ujarnya.

Ia menegaskan pekerjaan saat ini sudah mulai berjalan. Meskipun pekerjaan memang mengalami minus.

"Pekerjaan sudah dikerjakan cuman kan terlambat, sehingga progresnya itu minus. Tapi pekerjaan setelah kontrak itu sudah ada, penggalian pondasi," tuturnya.

Ia menegaskan sesuai schedule pekerjaan, pada minggu ke 6, harusnya sudah mencapai lebih dari 10 persen. Namun, pekerjaan kini minus beberapa persen.

"Ini kan masuk minggu ke 7. Dan untuk minggu ke 6 itu harusnya sudah mencapai sekitar 16 persen minggu ini. Minusnya 9 sampai 10 persen, ya pekerjaan masih sekitar 7 persen," katanya.

Ia mengaku untuk mengejar keterlambatan progres pekerjaan itu, pihak kontraktor diminta untuk melakukan beberapa upaya, salah satunya mendatangkan material.

"Alhamdulillah sekarang progresnya bagus, jadi pekerjanya sekarang ditambah, jam kerjanya ditambah sampai malam, material kemudian kapoldingnya juga sudah pada datang semuanya," ujarnya.

"Insya allah pekerjaan akan selesai sesuai dengan target, yakni selesai sesuai dengan schedule pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak. Jadi solusi untuk mengejar keterlambatan yakni, menambah pekerja, jam kerja dan mempercepat kedatangan material," tuturnya.

Saat ditanya apakah kendala utama terjadinya minus itu, ia menyebut salah satu penyebabnya memang adalah terkait dengan masalah mendatangkan material. Karena di Jombang tidak ada dan harus didatangkan dari luar Jombang.

"Materialnya ada yang dari Sidoarjo, Surabaya. Soalnya mereka (kontraktor) belinya itu gak bijian tapi langsung beberapa truk. Jadi mereka itu kesulitan nyari material di Jombang," kata Saean.

"Materialnya itu besi mas. Sementara ini material utamanya adalah besi. Dan ukurannya mulai 12, 13, 16, dan 19. Dan itu semua harus SNI," ujarnya.

Ia pun berharap meski ada keterlambatan progres pekerjaan, pihak pelaksana proyek bisa menyelesaikan bangunan ruang IGD lantai 2 dan 3 tepat waktu.

"Targetnya 150 hari kerja, sampai akhir November. Mulai pekerjaan akhir Juni sampai akhir November," tuturnya.