Imbas Hantaman COVID-19 Bikin Angka Kemiskinan Di Kota Malang Fluktuatif
- Humas Pemkot Malang
Malang – Angka kemiskinan di Kota Malang mengalami fluktuatif selama 3 tahun terakhir ini imbas hantaman pandemi COVID-19. Tercatat penduduk di Kota Malang ada sekitar 880.000 jiwa.
Untuk data kemiskinan dari Badan Pusat Statistik Kota Malang. Ada 38.770 warga Kota Malang tercatat sebagai warga miskin di tahun 2020. Angka ini mengalami peningkatan menjadi 40.620 jiwa di tahun 2021.
Meningkatnya angka kemiskinan di Kota Malang disebabkan oleh dampak lesunya perekonlmian. Dimana saat itu banyak masyarakat yang tidak bekerja atau diberhentikan sementara waktu oleh perusahaannya karena aturan pembatasan kegiatan di masyarakat.
Tren baik mulai tampak di tahun 2022. Angka kemiskinan kembali turun menjadi 38.560 jiwa pada tahun kemarin. Penyebabnya, mulai terkendalinya penyebaran COVID-19 dan pembatasan yang mulai dilonggarkan oleh pemerintah.
Sedangkan angka kemiskinan terbaru belum dirilis oleh BPS Kota Malang. Karena angka kemiskinan ini akan dipublikasikan pada Maret 2023 mendatang.
"Untuk data tahun 2023 belum, karena terbit setahun sekali, silahkan bisa melihat data terkahir di website," kata Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini pada Sabtu, 21 Januari 2023.
Untuk garis Kemiskinan di Kota Malang pada bulan Maret 2022 sebesar Rp609.612 per kapita per bulan. Angka itu bertambah sebesar Rp39.374 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 6,90 persen bila dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2021 sebesar Rp507.238.
Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji mengklaim terus berupaya untuk mengentas angka kemiskinan di wilayahnya melalui program kegiatan yang ada. Selain bantuan sosial, seperti di Dinas Tenaga Kerja PMPTSP Kota Malang terdapat publikasi informasi lowongan kerja dan program pelatihan kerja seperti menjadi barista, penata rias serta lainnya.
"Kita terus berupaya sesuai dengan RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah). Asalnya sebelumnya itu 4,62 persen (angka kemiskinan Maret 2021), sekarang menjadi 4,23 persen (2022)," ujar Sutiaji.