Rehab Gedung, Pembelajaran Siswa SD Negeri di Jombang Dibagi Dua Sesi

Aktivitas pembelajaran di SDN Mayangan Jogoroto.
Sumber :
  • VIVA Malang (Elok Apriyanto/Jombang)

Jombang, VIVA – Pelaksanaan rehabilitasi gedung sekolah menggunakan perubahan anggaran pendapatan belanja daerah (P-APBD) 2024 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, telah dimulai.

Bahkan, dampak kegiatan rehab gedung itu, aktivitas pembelajaran untuk para siswa siswi terpaksa dijadikan dua sesi.

Seperti yang terjadi di SDN Mayangan Kecamatan Jogoroto. Selama sekolah direhab, siswa siswi belajar dibagi dalam dua sesi.

"Karena yang direhab ruang kelas, maka siswa dibagi menjadi dua sif belajar," kata Wiwik Andriani, selaku Kepala SDN Mayangan, Selasa 22 Oktober 2024.

Ia menyebut, pelaksanaan rehab telah dimulai sejak pekan yang lalu. Dan ruang kelas yang direhab ada tiga ruangan.

"Ruang kelas 1, 2 dan 3, serta satu ruang kepala sekolah. Ruangan yang direhab memang dalam kondisi rusak parah. Reng usuk sudah keropos dan rawan ambruk," ujarnya.

Ia menegaskan pada saat turun hujan, ruangan pasti mengalami bocor dan menyebabkan ruang kelas menjadi banjir. "Ya kalau hujan biasanya ruang kelas jadi banjir," tuturnya.

Ia menegaskan pelaksanaan rehab ini dilaksanakan oleh CV Tri Wastu Kencana dari Jombang, dengan nilai anggaran Rp199.818.500. 

"Dikerjakan selama 45 hari kalender. Rehab ditangani oleh kontraktor dan dihendel dinas, kami hanya penerima manfaat saja," katanya.

Ia menyebut, selama rehab berjalan, siswa siswi belajar dalam dua sesi. Untuk sesi yang pertama kelas 1, 2 dan kelas 3 mulai pukul 07.00 hingga 09.30 WIB.

"Sementara untuk sesi kedua kelas 4, 5 dan 6 mulai pukul 10.00 hingga 14.00 WIB," ujarnya.

Meski demikian ia mengaku kegiatan rehab tidak mengganggu siswa dalam belajar. Apalagi siswa belajar di lokalisai lain yang berada tepat di seberang jalan SDN Mayangan.

"Ya jadi keamanan atas pembangunan lebih terjamin. Juga tak terganggu kebisingan para pekerja yang sedang melakukan rehab atap bangunan," katanya.

Namun demikian, ia mengakui bila, jam belajar siswa siswi sedikit berkurang. Karena setiap mata pelajaran berkurang 5 menit. 

"Aktivitas yang biasanya dilakukan di lapangan juga ditiadakan sementara waktu. Kita jadikan satu di lokal selatan, kepisah sama jalan. Jadi anak-anak tidak bermain ke sini, ada palangnya juga, agar tidak dilewati siswa," ujarnya.