Warga Binaan Lapas Perempuan Malang Belajar Menulis Bersama UMM
- Humas UMM.
Malang – Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perempuan kelas IIA Malang belajar menulis bersama Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Selasa, 9 Agustus 2022 kemarin. LK UMM membagikan kiat mudah menulis cerita, penggunaan bahasa, hingga jurus membuahkan karya menarik.
Kepala Lapas Perempuan Kelas II Malang, Tri Anna Aryati menganggap kesempatan ini sebagai hal yang strategis bagi warga binaan lapas untuk menggali potensi dan menajamkan kemampuan menulis. Apalagi dengan sederet para ahli yang dihadirkan telah memberikan tips menulis dengan baik.
“Kalau di luar, mungkin bapak dan ibu pemateri akan diberi fee sebagai balasan pemberian materi. Namun, bapak dan ibu datang ke sini dengan penuh keikhlasan untuk berbagi ilmu dan memberikan jalan masa depan yang lebih baik bagi para warga binaan," kata Tri Rabu, 10 Agustus 2022.
Tri mengatakan sebelumnya, warga Lapas bersama UMM telah menerbitkan buku berjudul titik nadir penantian. Dalam waktu dekat buku tersebut akan naik cetak untuk yang kedua kali. Tri mendorong agar peserta pelatihan kedua ini mampu menyerap ilmu dan melahirkan karya baru.
Kepala LK UMM Daroe Iswatiningsih, menilai, para warga binaan memiliki potensi dan kemampuan menulis. Mereka perlu dikembangkan dan dipoles untuk menjadi lebih baik. Ia juga yakin, peserta akan menorehkan karya yang tak kalah menarik dari buku sebelumnya.
Dia mendorong para warga binaan untuk merenung dan membaca buku-buku. Sehingga ide dan gagasan cerita bisa muncul dan menjadi pondasi menulis cerita yang unik nan menarik. Terbukti, buku Titik Nadir Penantian kini hanya tinggal satu yang tersisa dan akan segera naik cetak yang kedua dengan beberapa revisi.
“Ini juga menjadi implementasi UMM dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi, yakni aspek pengabdian kepada masyarakat. Jadi kami tidak hanya fokus pada pendidikan dan penelitian saja, tapi juga harus berupaya bagaimana caranya memberdayakan dan memberikan manfaat bagi sesama,” tuturnya.
Salah satu warga binaan, Selvi menyebut kegiatan ini memberikan motivasi besar bagi mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu juga menjadi pembuka jalan bagi mereka yang ingin menapaki impian menjadi seorang penulis.
“Kalaupun tidak menjadi penulis, kami bisa menyampaikan cerita menggugah dari balik jeruji. Bagaimana kami melewati ini semua dan mengubah perspektif masyarakat yang mungkin salah terkait Lapas dan WBP. Semoga melalui pelatihan ini, potensi yang kami miliki makin terasah dan bisa melahirkan sebuah karya,” kata Selvie.
Pelatihan menulis tersebut menghadirkan sederet pemateri andal yang memaparkan cara menulis kepada para warga binaan. Mulai dari materi terkait menulis cerita pendek, bahasa dalam sebuah cerita hingga peluang budaya digital. Pun dengan fiksi sebagai perspektif pembaca.